Sunday, December 14, 2008

KRISIS BAHAN BAKAR MINYAK

Memang harga minyak dunia telah turun anlok, harga premium pun sudah diturunkan pemerintah, tapi kenyataan di lapangan?
Pertamina membantah kekurangan pasokan, namun masyarakat kesulitan mendapatkan bahan bakar. Premium yang menghilang sejak harga diturunkan sudah mulai bisa dijumpai lagi di SPBU, meski di tingkat eceran harganya masih mencekik, bisa mencapai Rp 6500 per botol yang berisi kurang dari satu liter.
Lebih parah untuk urusan rumah tangga khususnya memasak. Kalau di kota-kota besar kesulitan gas elpiji, di Nganjuk yang belum menjadi daerah konversi minyak tanah ke gas elpiji, sulit ditemukan minyak tanah. Kalaupun ada harganya dua kali lipat lebih. Di Desa Ngrami Kecamatan Sukomoro dan di Desa Putukrejo Kecamatan Loceret harga eceran minyak tanah mencapai Rp 6000 per liter. Padahal harga menurut pemerintah hanya Rp 2500 per liter dengan harga eceran tertinggi Rp 2900 per liter.
Mau kembali ke kayu bakarkah? Apa perlu diciptakan kompor berbahan bakar premium? Ah repotnya!
Itulah kenyataannya. Hidup di Indonesia serasa di alam mimpi, mimpi buruk yang ternyata nyata. Tak mengeluh bukan berarti tangguh, tapi memang mengeluh tak menyelesaikan masalah. Memang benar-benar susah.

No comments: